Makalah Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang membimbing, sebaliknya apabila seseorang melakukan aktifitas membimbing ( melakukan pelayanan bimbingan ), berarti ia juga sedang mendidik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan, mengapa pelayanan bimbingan dan konseling masih diperlukan dalam dunia pendidikan?
Awalnya program bimbingan dan konseling tidak diperuntukkan bagi dunia pendidikan. Tetapi dalam perkembangannya diterapkan dalam dunia pendidikan. Berbagai fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai fenomena tersebut. Hal ini mengindikasikan perlu adanya upaya pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.

B.        Rumusan Masalah
1.       Mengapakah bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan?
2.       Bagaimanakah peranan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?

BAB II
PEMBAHASAN
A.        Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Dunia Pendidikan
Selain alasan yang telah dikemukakan pada Bab I, ada beberapa alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah. Alasan tersebut adalah :
1.       Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat menimbulkan perubahan – perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya. Di satu sisi, perkembangan IPTEK juga berdampak pada berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu. Dan di sisi lain perkembangan IPTEK akan berdampak pada timbulnya masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya. Seiring dengan hal tersebut, lajunya pertumbuhan penduduk juga semakin menambah kompleksnya masalah.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat dari perkembangan IPTEK juga berpengaruh pada dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan seperti saat ini, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas, sekolah belum cukup untuk menyiapkan peserta didik untuk terjun ke masyarakat secara berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah – masalah yang dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Proses pembelajaran di dalam kelas memiliki waktu yang terbatas. Di satu sisi, pendidik dituntut untuk menyampaikan pengetahuan seluas – luasnya kepada peserta didik. Di sisi lain, sesuai fungsinya sebagai pembimbing, guru pun dituntut untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Merupakan suatu hal yang amat sulit apabila keduanya dilakukan pada saat bersamaan ketika melakukan proses pembelajaran. Untuk itu perlu adanya layanan bimbingan dan konseling di luar kegiatan proses pembelajaran guna membantu peserta didik memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
2.       Makna dan Fungsi Pendidikan
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pendidikan merupakan upaya perwujudan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama ( pribadi yang berkualitas ). Kualitas yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek – aspek spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik, dan sebagainya.
Makna dari pernyataan di atas adalah bahwa inti dari tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan konseling. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidiknya hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi – pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing – masing. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
3.       Guru
Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk dapat melaksanakan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis.
Salah satu peran guru dilihat secara psikologis, yaitu sebagai petugas kesehatan mental. Dalam peran ini, guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan, khususnya kesehatan mental siswa. Selain peran tersebut dalam proses pembelajaran, guru juga berperan sebagai direktur pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam kaitan ini juga, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok; memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran; memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya; membantu ( membimbing ) setiap siswa dalam mengatasi masalah – masalah yang dihadapinya; dan menilai keberhasilan siswa.
4.       Faktor Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa merupakan pribadi – pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, siswa sebagai pelajar senantiasa terjadi perubahan perilaku sebagai akibat dari hasil proses yang telah dilakukan oleh siswa. Masalah – masalah psikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui layanan bimbingan dan konseling.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :
a.       Masalah perkembangan individu
b.      Masalah perbedaan individu
c.       Masalah kebutuhan individu
d.      Masalah penyesuaian diri
e.      Masalah belajar

B.        Program Bimbingan dan Konseling Berperan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Program BK di sekolah harus merujuk kepada program sekolah secara umum. Artinya program BK tidak boleh bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK di sekolah harus sesuai dan berorientasi pada kebutuhan sekolah secara umum. Hal ini mengingat program layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari program pendidikan di sekolah. Program utama sekolah adalah menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah tidak akan tercapai secara optimal tanpa dukungan pelayanan bimbingan dan konseling.
Selain disusun berdasarkan kebutuhan sekolah, program BK di sekolah juga harus disusun berdasarkan kebutuhan siswa secara individual. Adapun kebutuhan siswa mencakup :
1.       Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri seperti penggunaan potensi diri, pertumbuhan, dan pengembangan diri ( pengembangan kreativitas dan keterampilan ).
2.       Kebutuhan harga diri seperti status dan kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri dan penghargaan.
3.       Kebutuhan sosial seperti cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok, kekeluargaan dan asosiasi.
4.       Kebutuhan keamanan dan rasa aman seperti perlindungan dan stabilitas.
5.       Kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, perumahan, seks, dan istirahat.
Semua kebutuhan di atas diidentifikasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan kebutuhan mana yang menjadi prioritas untuk diprogramkan dalam program BK guna memberikan pelayanan kepada siswa. Tanpa berorientasi kepada kebutuhan siswa secara umum di atas, pelayanan BK di sekolah tidak akan mencapai sasaran yang tepat.
1.       Menentukan Karakteristik Siswa
Di dalam kurikulum 2004 ( Kurikulum Berbasis Kompetensi ) yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), tugas – tugas perkembangan siswa perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program BK di tingkat satuan pendidikan. Apabila program BK yang akan disusun adalah untuk tingkat satuan Sekolah Dasar ( SD ), maka harus memperhatikan karakteristik dan tugas – tugas perkembangan murid SD. Setelah diketahui karakteristiknya maka akan diketahui kebutuhan – kebutuhannya. Dan dari situlah selanjutnya disusun program BK.
2.       Penyusunan Program
Penyusunan program BK umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan penilaian kegiatan. Keempat langkah di atas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.
Pertama, identifikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, suatu program BK hendaknya didasarkan atas analisis kebutuhan. Dengan kearifan dan keluasan wawasannya, guru pembimbing diharapkan mampu mengakses, memadukan, dan menganalisis berbagai informasi dan konsep yang relevan guna menghasilkan suatu keputusan tentang kebutuhan siswa akan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kebutuhan siswa di sekolah sangat banak; antara lain : (a) kebutuhan akan informasi tentang cara – cara belajar yang baik, (b) kebutuhan akan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampaknya, (c) kebutuhan akan informasi tentang karier – karier tertentu, (d) kebutuhan akan informasi tentang cara – cara pengembangan potensi diri, cara – cara bergaul, (e) kebutuhan untuk bisa eksis, untuk diakui, dan lain sebagainya.
Kedua, penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun atas dasar jenis – jenis dan prioritas kebutuhan, baik kebutuhan masing – masing individu (siswa) maupun kebutuhan sekolah secara umum. Selain itu, rencana kegiatan belajar juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan realistic. Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut, juga harus dirumuskan secara jelas.
Ketiga, pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah disusun. Dengan perkataan lain adalah melaksanakan program dalam bentuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini, format – format monitoring yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk mencatat jalannya proses kegiatan (proses bimbingan). Monitoring yang dilakukan diarahkan untuk mempertimbangkan sejauhmana hal – hal yang diharapkan dalam pelaksanaan sudah dapat direalisasikan, baik situasi dan kondisi kegiatan, teknik yang digunakan, maupun keikutsertaan siswa dan personil lainnya yang terlibat.
Keempat, penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan (semua program yang telah dilaksanakan). Penilaian direncanakan dan dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program. Dengan perkataan lain, dalam merencanakan suatu kegiatan bimbingan perlu direncanakan pula kegiatan – kegiatan untuk menilai pelaksanaan dan hasil yang dicapai oleh kegiatan tersebut. Penilaian dilakukan terhadap semua tahap kegiatan. Hasil penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh dan hasil yang dicapai disertai rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (Follow Up). Rumusan tindak lanjut dapat berupa jenis kebutuhan dan pelayanan naru atau perbaikan program kegiatan terdahulu sesuai dengan informasi yang diperoleh.
 


BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah. Alasan tersebut adalah : Perkembangan IPTEK, makna dan fungsi pendidikan, guru, faktor psikologis, dan lain sebagainya. Program BK di sekolah harus merujuk pada kepada program sekolah secara umum. Artinya program BK tidak boleh bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK di sekolah harus sesuai dan berorientasi pada kebutuhan sekolah secara umum.
Penyusunan program BK di sekolah menempuh langkah – langkah di antaranya, menentukan karakter siswa yang setelah itu dapat menentukan kebutuhan – kebutuhan sekolah dalam program BK dan selanjutnya diadakan penyusunan program BK. Penyusunan program BK ini meliputi identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan penilaian kegiatan.
B.        Saran – Saran

Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk perbaikan makalah ini. Dan kami berharap semoga isi makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. dan Kartikawati, E. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. 1994.
Prayitno dan Amti, E. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.
Sukardi, D. K. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1985.
Walgito, B. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1995.
Winkel, W. S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Previous
Next Post »
1 Komentar