Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pandangan terhadap seorang pemimpin pada waktu
dulu ialah pemimpin dianggap orang yang terpandai tentang segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan kebutuhan kelompok. Pemimpin itu sendiri harus pandai
melakukannya (pandai berburu, cakap, berani berperang, pandai mengemudikan
perahu layar, dan lain-lain).
Tetapi di zaman modern seperti sekarang ini
tidak mungkin lagi seorang kepala atau pemimpin menjalankan semua peranan yang
diperlukan oleh kelompoknya. Kecakapan seorang pemimpin saat ini terutama
terletak pada kecakapan memilih pembantu-pembantu curang yang mempunyai
keahlian tertentu sehingga dapat menjalankan peranan tertentu dalam rangka
keseluruhan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Kepemimpinan ?
2.
Jelaskan karakteristik kepemimpinan pendidikan ?
3.
Apa strategi kepemimpinan kepala sekolah ?
4.
Bagaimana sifat-sifat kepemimpinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan yaitu permulaan dari suatu
struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi
atau untuk mengubah tujuan dan sasaran organisasi.
Kepemiminan dapat pula dipandang sebagai suatu
bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya
melalui “human relations” dan motivasi yang tepat sehingga mereka tanpa adanya
rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai
segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
Soetopo dan Soemanto menjelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang
lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam
kepemimpinan pendidikan sebagaimana di sekolah dan madrasah, harus dilandasi
konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang,
profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan
organisasi pendidikan, tujuan individu, dan tujuan pimpinannya.
Sebagai pemimpin pendidikan, maka kepala
sekolah tergolong pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin sebagai
kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan yang
resmi, kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia
bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan (personil),
kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan serta hubungan lembaga pendidikan
dalam masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan
pengajaran.
Dapat ditambahkan pula menurut Drawat, dkk
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah sebagai satu kemampuan dan proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya
dengan pengembangan ilmu pendidikan, pelaksanaan pendidikan, dan pengajaran agar tercapai
tujuan yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau pimpinan
lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur yaitu :
1.
Proses mempengaruhi para pendidik, pegawai, peserta didik, serta
pihak terkait (komite sekolah dan orang tua siswa)
2.
Pengaruh yang diberikan dimaksudkan agar orang lain melakukan
tindakan yang diinginkan
3.
Berlangsung dalam organisasi untuk mengelola aktivitas belajar dan
mengajar
4.
Kepala sekolah diangkat secara formal oleh pejabat kependidikan
atau yayasan bidang pendidikan
5.
Tujuan yang akan dicapai melalui proses kepemimpinannya yaitu
tercapainya tujuan pendidikan, lulusan berkepribadian baik, dan berkualitas
tinggi
6.
Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasinya pada hubungan
manusia daripada mengatur sumber daya material
B.
Karakteristik
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan kepala sekolah berarti proses
membina hubungan timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpinnya dengan
mengandalkan kemampuan komunikasi interpersonal sehingga terjalin saling
pengertian dan kerjasama antar personil (sesuai dengan tanggung jawab dan tugas
yang ditetapkan sekolah). Peranan interpersonal ini sejalan dengan berfungsinya
peranan pengambilan keputusan dalam kegiatan seorang kepala sekolah di samping
peranan informasional (menyebarkan informasi sekolah) kepada para anggota
organisasi.
Dalam Diknas (1999) dijelaskan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan guru,
pegawai, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau
berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, bagaimana
cara kepala sekolah mempengaruhi orang lain mau bekerja untuk mencapai tujuan
sekolah, hal itu termasuk gaya kepemimpinan.
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau
dapat juga disebut ekstrim, ada tiga yaitu otokratis, laissez faire, dan
demokratis.
1.
Kepemimpinan yang Otokratis
Dalam hal ini, pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya
dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah
menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya
hanyalah mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
2.
Kepemimpinan yang Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya
pemimpin tidak memberikan perintah. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan
orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali
tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya.
Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok tanpa
petunjuk atau saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab
bersimpang siur, berserakan di antara anggota-anggota kelompok. Dengan
demikian, mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya ini semata-mata disebabkan
karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan pengaruh dari
pimpinannya. Dalam tipe ini, biasanya struktur organisasi tidak jelas dan
kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan pengawasan dari pimpinan.
3.
Kepemimpinan yang Demokratis
Kepemimpinan ini menafsirkan bahwa
kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di
tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota
kelompok bukan sebagai majikan terhadap
buruhnya, malainkan sebagai saudara tua di antara teman-teman kerjanya atau
kakak terhadap saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usahanya, ia selalu
berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan
kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya.
Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota yang diterimanya sebagai
umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
Menurut Dalin, ada beberapa komponen yang
memungkinkan kepala sekolah memberikan pengaruh dan kepemimpinannya yaitu :
1.
Kewenangan, yaitu hak formal untuk membuat keputusan
2.
Kekuasaan, yaitu kemampuan untuk memberi imbalan dan atau hukuman
3.
Pengaruh, yaitu kemampuan untuk memiliki keputusan melaksanakan
tanpa berkaitan dengan kewenangannya dan kekuasaannya. Perlu digarisbawahi
bahwa kewenangan dan kekuasaan berhubungan dengan posisi atau kedudukan, dan
pengaruh berhubungan dengan kepribadian.
Menurut Sutisna (1985) partisipasi pendidik
dalam pembuatan keputusan biasanya dikaitkan dengan perilaku demokratif. Bila
kepala sekolah mengambil keputusan tanpa melibatkan pendidik, maka hal itu
merupakan perilaku otoriter. Meskipun kekuasaan ada di tangan kepala sekolah
atau pimpinan lembaga pendidikan, namun melibatkan personil adalah penting
sebagai upaya membina personil untuk dapat mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah dan perasaan memiliki terhadap organisasi.
Kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan
pendidikan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan pendidikan baik di
bidang pendidikan/pengajaran, personil (guru dan karyawan), pembinaan peserta
didik, keuangan maupun kelembagaan dalam mencapai lulusan yang berkualitas.
Para kepala sekolah mutlak memerlukan kemampuan berpikir kreatif dalam
menjalankan kepemimpinannya dan salah satu peranan utamanya adalah mengambil
kepututsan pendidika secara efektif. Cara kerja kepala sekolah dan cara memandang
pernannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman
profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat di sekolah mengenai peranan kepala
sekolah di bidang pengajaran.
C. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Seorang kepala sekolah adalah pimpinan
pengajaran. Tugasnya adalah melaksanakan dan mengawasi aktivitas sekolah dengan
meyusun tujuan, memelihara disiplin, dan mengevaluasi hasil pembelajaran dan
pengajaran yang dicapai. Pada saat ini kepala sekolah didorong untuk menjadi
pemimpin yang memudahkan dengan membangun kerjasama, menciptakan jaringan
kerja, dan mengatur komunikasi dengan baik.
Dalam hal strategi kepemimpinan saat ini,
kepala sekolah dapat memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) strategi luas yaitu
hirarki, transformasional, dan fasilitatif. Setiap strategi memiliki keuntungan
yang penting dan memiliki keterbatasan.
1.
Strategi Hirarki Kepala Sekolah
Strategi Hirarki memberikan cara
pandang luas, cara penerimaan luas dalam mengelola organisasi dan efisiensi
pengawasan dan rutinitas yang direncanakan. Bagaimana pun, strategi hirarki
cenderung untuk menghambat kreatifitas dan komitmen, mengembalikan hubungan
kepala sekolah ke dalam suatu keteraturan yang ketat.
2.
Strategi Transformasional
Strategi ini berjalan atas persuasi,
idealisme, dan kekaguman intelektual. Memotivasi pegawai dengan melalui nilai,
simbol, dan membagi visi. Kepala sekolah mengamankan budaya sekolah dengan
mendengarkan secara hati-hati bagi perwujudan impian paling dalam bahwa
masyarakat sekolah menuju masa depan.
3.
Strategi Fasilitatif
Kepemimpinan fasilitatif sebagai suatu
perilaku yang menggunakan kemampuan, kebersamaan sekolah untuk beradaptasi,
memecahkan masalah dan peningkatan kinerja. Hal ini dicapai dengan penggunaan
pegawai secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Peranan pemimpin tidak
untuk memecahkan problem pribadi tetapi untuk memberi tahu bahwa problem
tersebut adalah untuk dipecahkan.
D. Sifat-sifat Kepemimpinan
Setiap orang yang diangkat menjadi pemimpin
didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya daripada orang yang
dipimpin. Masing-masing orang mempunyai kelebihan di samping kelemahannya.
Olehnya itu, ada beberapa sifat-sifat kepemimpinan yang baik, di antaranya :
1.
Randah hati dan sederhana
2.
Bersifat suka menolong
3.
Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4.
Percaya pada diri sendiri
5.
Jujur, adil, dan dapat dipercaya
6.
Keahlian dalam jabatan
7.
Bersikap luwes, memilih tindakannya sesuai dengan situasi
kepemimpinan
8.
Keputusan dapat dibuat bersama kelompok dan secara individu sesuai
dengan keperluan atau sasaran
9.
Menerima dan mau mendengarkan pikiran dan persaan bawahan dalam
merespon masalah organisasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal struktur, pemimpin mengambil tempat
yang paling awal atau paling atas. Seorang pemimpin ditunjuk sebagai pemimpin
karena kepemimpinan yang dimilikinya sangatlah baik. Kepemimpinan ini juga
meruoakan awal dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai atau
mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. Kepemimpinan mempunyai beberapa
karakter yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang pernah dilakukan oleh
pemimpin-pemimpin baik pada zaman dahulu hingga pada saat ini.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang
pemimpin pastinya haruslah mempunyai strategi-strategi yang digunakan agar
tujuan organisasi yang dipimpinnya dapat terwujud secara efektif dan efisien
tanpa melupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat
tersebut seharusnya melekat pada diri seorang pemimpin demi menjalankan
tugasnya dan dicintai oleh seluruh anggita kelompoknya.
B.
Saran-saran
Semoga makalah manajemen pendidikan ini bisa
menambah ilmu kita dan memberikan informasi kepada kita semua dalam hal
pengetahuan tentang bagaimana kita bisa terapkan dalam lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Arifin. 1986. Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan
Kerja. Jakarta: Bhratara.
Departemen P & K. 1981. Materi Dasar Pendidikan Program Akta
Mengajar, Administrasi Pendidikan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek
Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Sondang, Dr, P. Siagan. 1971. Filsafat
Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Sutarto, Drs. 1986. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
0 Komentar